Headlines News :
Home » , » 3 Tahun Tontonan Menarik : Ahok Pede

3 Tahun Tontonan Menarik : Ahok Pede

3 Tahun Tontonan Menarik : Ahok Pede 4.5 0 based on 5 5 ratings. 5


Ahok 
Jakarta - Wagub Ahok menunjukkan taringnya dengan keluar dari Gerindra. Penyebabnya, dia tidak setuju Gerindra mendukung pilkada dipilih DPRD dan bukan dipilih langsung oleh rakyat. Ahok tahu risiko yang akan menghadangnya sebagai gubernur yang tidak berpartai.

"Lihat saja, makanya saya bilang ini tiga tahun tontonan menarik," kata Ahok yang masa baktinya berakhir pada 2017.

Berikut petikan wawancara wartawan dengan Ahok di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (10/9/2014). Ahok menjawab pertanyaan seputar kemundurannya dari Gerindra per hari ini.

Sudah ada partai lain yang mendekat?

Nggaklah, bukan urusan partai, selesaikan saja 3 tahun urusan Jakarta. Kita bereskan namanya banjir, macet, semua program sudah jelas, jalankan saja. Orang bilang saya orang yang emosional, temperamen. Saya orang yang paling bisa mengendalikan diri sebenarnya.

Apakah Anda sadar saat memutuskan untuk mundur dari Gerindra?

Ya kamu lihat saja, saya sadar nggak. Hahaha. Justru kalau mau dipikirin mau lanjut kita berpikir secara karier politik, ngapain kita ribut. Ya nanti kan susah satu anggota di kepala daerah tanpa partai di DPRD. Kan jadi susah tapi buat apa. Kalau dia punya nurani nggak perlu khawatir.

Kita tidak bagi-bagi APBD, tidak nyolong kok buat rakyat DKI, kenapa sih kita khawatir. Apa kalian menganggap DPRD semua buruk di belakang? Nggak kok. Kan mereka punya nurani gitu lho. Saya dulu jadi bupati Belitung Timur lebih repot lawan Fraksi Partai Bulan Bintang 55 persen, jalan aja. Kenapa bisa jalan? Karena anggota DPRD-nya punya nurani, bukan bicara fraksi.

Anda tidak takut diganjal DPRD?

Biasa saja, kita berdoa saja. Kita lihat saja. Saya kira tontonan yang baik di Republik ini. Makanya ini tontonan yang menarik, kalau saya jadi gubernur, dengan DPRD tanpa saya anggota parpol lebih menarik. Ini akan menjadi tontonan politik menarik di Indonesia. Sebelum kepala daerah diambil alih menjadi budak dikontrol oleh parpol. Saya nggak mau jadi kepala daerah kalau saya harus tanggung jawab sama DPRD.

Anda tidak takut program Anda sebagai Gubernur dihambat?

Lihat saja, makanya saya bilang ini tiga tahun tontonan menarik. Kalau DPRD-nya punya nurani dia nggak bakal ngerjain kepala daerah yang juga punya nurani. Saya udah tantang kok jangan terima suap, taat sama konstitusi bukan konstituen. Dan berani mati bahkan supaya Jakarta ini beres. Ya sudah kalau paham dengan saya, nggak mungkin ribut dengan saya kan, kenapa takut.

Soal Wagub nanti bagaimana?

Kita lihat saja, kalau perlu nggak usah lagi, biarin saja. Saya nggak mau tanda tangan, biarin saja, supaya nanti kalau ada wakil ngelobi-lobi, ya kita bikin tontonan barulah.

Bagaimana respons dari Gerindra terkait surat pengunduran diri Anda?

Ya ini nggak usah feedback, kan saya cuma nyatakan saya mengundurkan diri. Karena saya tidak bisa menjadi anggota partai yang baik. Dalam AD ART partai kan anda harus mendukung dan menyukseskan semua program partai politik. Sedangkan itu berlawanan dengan nurani saya, kalau parpol saya menyatakan pemilihan kepala daerah lewat DPRD, saya bisa berani masuk ke politik karena ada kesempatan dipilih oleh rakyat. Nggak mungkin ada kesempatan seorang Ahok jadi bupati Belitung Timur di tempat yang jelas-jelas dikuasai Partai Bulan Bintang 55 persen. Partai apapun nggak mungkin menang.

Dan nggak mungkin ada Jokowi dan Ahok bisa menang di DKI dengan Gerindra hanya 6 kursi dan PDIP 11 kursi melawan semua partai di DPRD DKI waktu itu. Jadi bagaimana bisa sekarang saya harus mendukung partai saya yang terang-terangan mengatakan pemilihan harus lewat DPRD . Toh yang milih saya adalah rakyat. Kalau bukan rakyat, sesuai hitungan di DPRD, mungkin dapat 50 persen lebih di DKI? Kan nggak mungkin.

Ya sudah lebih baik saya konsentrasi dalam sisa 3 tahun ini membereskan Jakarta, toh 2017 juga nggak mungkin jadi gubernur lagi. Kalau (Pilkada) dipilih DPRD ya mana mau, mungkin yang dipilih itu yang jadi pimpinan sekarang. Ya semua mereka kan akan ikut tanding. Kenapa saya nggak mau, karena saya baru dua tahun saja di sini sudah setengah mati memutuskan APBD. Kalau saya lewat DPRD, sudah lama dipecat saya. Ya saya kalau terpilih pun 2017 saya nggak mau jadi budak DPRD.

Bagi saya DPRD itu hanya pengawas dan pengawasan anggaran dan legislasi. Nggak bisa mengontrol saya. Kalau yang mengontrol saya ya rakyat. Kalau 106 (anggota DPRD) yang control saya, digaji saja per bulan. Tiap hari kerjanya jalan-jalan ke luar negeri saja. Ya kan. Service habis saja. Ngapain capek-capek urusin 10 juta orang.

Kalau ada yang uji materi nanti, mau gabung nggak?

Nggak. Ngapain saya gabung. Kan tugas saya 3 tahun lagi, ya udah selesai saja sudah. Saya nggak daftar lagi. Sekarang tinggal 3 tahun lagi nggak mungkin lagi saya nyalon kan. Nanti mungkin saya nggak pengin di politik lagi. Saya nggak tahu. Kita lihat saja.

Anda bilang sudah tidak mau masuk parpol lagi, kalau ada tawaran untuk menteri bagaimana?

Nggaklah. Saya mau beresin tugas Jakarta. Kita berdua sudah janji sama orang Jakarta kan. Pembagian tugas, beliau di pusat saya di sini. Komitmen amanah yang diberikan oleh warga DKI kita bisa tuntaskan.

Jadi jabatan menteri sudah tidak Anda pertimbangkan?

Pak Jokowi juga nggak akan minta saya jadi menteri karena dia pengin saya selesaikan Jakarta.

Share this post :
Comments
0 Comments

Post a Comment

 
Copyright © 2014. Berita-Klaten - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger