Seperti penuturan akademisi dr Lukman Hakim Tarigan MSc, sebanyak 4.900 dari 7.000 tenaga kesehatan terinfeksi hepatitis B akibat tertusuk jarum suntik sedangkan 2.100 lainnya terinfeksi dari populasi. Data tersebut berdasarkan survei Litbangkes dan parameter penelitian hepatitis B internasional.
"Bagi tenaga kesehatan sebaiknya tidak menutup jarum suntik menggunakan dua tangan. Gunakan saja satu tangan di mana tangkupkan penutup jarum ke alat suntik," kata dr Luqman di kantor Kemenkes RI, Kuningan, Jakarta, Selasa (16/9/2014).
Dengan menggunakan dua tangan, menurut dr Lukman kemungkinan tertusuk akan lebih besar. Selain itu, patut diperhatikan pula prosedur pembuangan jarum suntik yang sudah dipakai agar aman dan tidak melukai petigas medis, termasuk para petugas kebersihan
Pasalnya, virus hepatitis B pada sisa darah di jarum suntik masih bisa bertahan sekitar 4-5 hari. Selain memperhatikan prosedur penggunaan jarum suntik, bisa pula menggunakan safe needle disposal (SND) atau jarum suntik yang sistem penggunaannya relatif lebih aman.
Walaupun, diakui dr Luqman, kini penggunaan SND sudah ada di beberapa RS tertentu di Indonesia. Sebab, berdasarkan beberapa penelitian di Indonesia, lebih dari 20% tenaga kesehatan Indonesia pernah tertusuk paling tidak satu kali dalam setahun.
"Memang harga jarum suntik seperti ini 10 kali bahkan 30 kali lebih mahal. Tapi kalau dihitung akan lebih mahal biaya pengobatan jika terinfeksi hepatitis B atau C. Jarum ini setelah dipakai menyuntik akan masuk sendiri jarumnya, jadi relatif lebih aman," papar dr Lukman.
"Penting juga memberi imunisasi pada tenaga kesehatan terutama tiga kali dosis yang 90 persen efektif memberi kekebalan tubuh terhadap virus hepatitis B," tandasnya.
(rdn/vta/detik Health-[Berita-Klaten])