"Kami membutuhkan lebih banyak tenaga kesehatan di wilayah-wilayah terinfeksi. Minimal sekitar 500-600 tenaga ahli dari luar negeri dan 10.000 tenaga lokal untuk minimal memperlambat penyebaran penyakit ini," tutur Margaret seperti dikutip dari Reuters, Selasa (16/9/2014).
Di kesempatan terpisah, Sarah Crowe, juru bicara UNICEF untuk Ebola, memaparkan bahwa pihaknya sudah memberikan petunjuk-petunjuk sederhana tentang bagaimana merawat atau berkomunikasi dengan pasien di rumah. Salah satunya adalah dengan menggunakan kantong plastik sebagai pengganti sarung tangan.
Hal ini dilakukan karena pusat karantina Ebola di berbagai tempat sudah penuh dan melebihi kapasitas. Sehingga banyak kasus dan pasien yang tidak tertangani. Akibatnya, kepercayaan masyarakat kepada pemerintah turun karena mereka merasa diabaikan.
"Kami kekurangan tenaga kesehatan di sini. Banyak warga yang merasa diabaikan dan akhirnya berujung pada penolakan proses penyembuhan dan karantina," tutur Crowe yang ditugaskan di Monrovia, Liberia.
Sebelumnya, Federation Internationale de Football Association (FIFA) menyumbangkan sebuah stadion bola di Monrovia, Liberia, untuk dijadikan markas penanggulangan Ebola. Stadion tersebut akan dirombak untuk menampung dua unit perawatan Ebola.
FIFA dalam pernyataannya mengatakan telah bekerja sama dengan World Health Organization (WHO) untuk membantu melawan penyebaran penyakit yang menjadi epidemi ini. Stadion Antoinette Tubman pun akan direnovasi dan semua biayanya ditanggung oleh FIFA.
"Kini kita bisa menggunakan kekuatan dari sepak bola untuk memerangi epidemi Ebola," kata Presiden FIFA, Sepp Blatter beberapa hari lalu.
(mrs/vta/Detik Health-[Berita-Klaten])